Rabu, 21 Desember 2011

Senin, 19 Desember 2011

Sylvia Saatje – Biarawati



Siapakah penyanyi rock wanita pertama di Indonesia? Jawaban yang mendekati dipastikan adalah Sylvia Saartje. Jauh sebelum booming istilah lady rockers di dasawarsa 80-an yang melekat pada sosok, seperti Nicky Astria, Nike Ardilla, Mel Shandy, Ita Purnamasari, Yosie Lucky, Ayu Laksmi, Atiek CB, Lady Avisha, Cut Irna, dan masih sederet panjang lainnya.

Nicky Astria dan kawan-kawan patut berterima kasih kepada Sylvia Saartje yang bisa dianggap sebagai pembuka jalan bagi mencuatnya penyanyi rock wanita. Disayangkan, sosok Sylvia Saartje nyaris tak terdengar lagi kiprahnya. Tak sedikit yang tidak mengenal siapa Sylvia Saartje, wanita berdarah Maluku - Belanda yang dilahirkan 15 September 1957 di Arnhem, Belanda.

Namun, bagi penggemar musik rock era 70-an, Sylvia Saartje yang kerap dipanggil dengan nama kesayangan Jippie, ini, adalah daya tarik sebuah pentas pertunjukan rock yang saat itu didominasi oleh para pemusik lelaki. Bisa dibilang, Sylvia Saartje berlenggang sendirian dalam kancah musik rock Indonesia.

Nuansa Blues

Bayangkan, ketika majalah anak muda terbitan Bandung, Aktuil menggelar pertunjukan beraroma keras bertajuk Vacancy Rock pada 1972, Sylvia tercatat satu-satunya artis wanita yang berjingkrak-jingkrak meneriakkan lagu-lagu rock. Saat itu, ia dianggap pas melantunkan repertoar milik grup legendaris Led Zeppelin. Rasanya hanya Sylvia jualah yang pas menghayati nuansa blues milik almarhumah Janis Joplin.

Bahkan, di tahun 1974 dalam sebuah pertunjukan musik rock di kampus Universitas Padjadjaran Bandung, Sylvia mendapat sambutan luar biasa ketika menyanyikan lagu Pink Floyd dari album Dark Side of The Moon bertajuk 'The Great Gig in The Sky'. Penampilan vokalnya nyaris sempurna. Saat itu secara tidak langsung penonton langsung membandingkan volal Sylvia dengan Claire Tory, artis wanita yang menjadi penyanyi tamu dalam album Pink Floyd.

Dunia Seni

Bakat menyanyi mulai terlihat sejak kecil tatkala Sylvia Saartje aktif tergabung dalam paduan suara gereja. Dalam usia 10 tahun, dia pun telah memberanikan diri mengikuti ajang Bintang Kecil di RRI Malang, Jawa Timur. Sylvia memang memilih musik sebagai pilihan hidup. Ketika berusia 11 tahun, dia mulai diajak bergabung sebagai vokalis band Tornado. ''Saya bergabung dengan Tornado dari tahun 1968 hingga 1970,'' ungkapnya. Di tahun 1970, ia mulai mengukir prestasi dengan masuk sebagai 10 besar finalis Lomba Bintang Radio se-Provinsi Jawa Timur.

Walaupun berkutat dengan musik pop, namun, nurani Sylvia bergelegak dalam pusaran dinamika musik rock. Memasuki dasawarsa 70-an, seniman ini mulai terlihat fokus menyanyikan repertoar rock dengan diiringi sederet grup musik yang berada di Jawa Timur, mulai dari The Gembell's, Bentoel, Avia's, Elfira, Bad Session, Oepet, Arfack Band, dan banyak lagi.

Senia Peran

Di samping memilih jalur musik rock, Sylvia Saartje pun mengembangkan bakat seni peran yang dimilikinya. Pada tahun 1972, sutradara Ostian Mogalano mengajak Sylvia ikut bermain dalam film laga bertajuk Tangan Besi. Pada dasawarsa 80-an, Sylvia banyak terlibat dalam beberapa film layar lebar, di antaranya mendapat peran utama dalam film Gerhana (1985). Selain berakting, dia juga diminta untuk menulis ilustrasi musiknya bersama Buche Patty.

Band Wanita

Di tahun 1976, wartawan Mashery Mansyur berniat membentuk band rock wanita. Lalu menyatulah nama-nama, seperti Sylvia Saartje (vokal), Reza Anggoman (keyboards), Rini Asmara (drums), Senny (bass), Lis April (gitar), dan Lenny (gitar) dalam sebuah band dengan nama The Orchid. Sayangnya, usia grup ini tidak panjang. Setelah dikontrak bermain di beberapa tempat, The Orchid pun dinyatakan bubar.

Setahun kemudian, Ian Antono, gitaris God Bless, menawarkan solo karier bagi Sylvia pada perusahaan rekaman Irama Tara. Saat itu, Ian Antono baru saja sukses menggarap album Duo Kribo di perusahaan Irama Tara. Ternyata album bertajuk Biarawati berhasil sukses di pasaran. Lagu ini sering diputar di berbagai radio swasta di penjuru Nusantara.

Sayangnya, kerja sama dengan Ian Antono hanya berlangsung di album perdana saja. Sylvia Saartje frustrasi, karena album-album solo sesudahnya tidak mampu menyamai sukses album Biarawati. Padahal, album-album solo Sylvia Saartje justru didukung banyak pemusik berkualitas, semisal Jopie Item, Christ Kaihatu, Farid Hardja, Country Jack, Debby Nasution, dan Totok Tewel.

Sejak tahun 1997, praktis Sylvia Saartje memang belum pernah merilis album baru lagi. Tapi, dia terus menulis lagu. Musik memang telah menyatu dalam pembuluh nadinya.

DISKOGRAFI

1. Biarawati - Irama Tara 1978
2. Kuil Tua - Irama Tara 1979
3. Puas - Irama Tara 1981
4. Mentari Kelabu - Irama Tara 1982
5. Ooh! (Irama Tara 1983)
6. Jakarta Blue Jeansku (Irama Tara 1984)
7. Gerhana (Insan Record 1986)
8. Take Me with You (Logiss Record 1994)
9. Berdayung Sampan (SKI 1995)
10. Skali Lagi! (SKI 1996)

FILMOGRAFI
1. Tangan Besi (PT Garuda Film,1972) aktris
2. Barang Antik (PT Kalimantan Film 1983) aktris
3. Gerhana (PT Inem Film 1985) akris/Music Score
4. Kodrat (PT Multi Permai Film 1986) aktris

Sumber :
Musisiku
Jakarta: Penerbit Republika, 2007
viii + 297 halaman 20.5 x 13.5 cm
Diterbitkan oleh: Penerbit Republika
Tim Penulis: Asriat Ginting, Chr Nasution, Denny Sakrie, Fauzi Djunaedi, Jose Choa Linge, Manunggal K Wardaya, Niantoro Sutrisno, Riza Sihbudi, Syamsuddin, Wasis Susilo
Editor: Denny Sakrie
Desain Cover: Jay 'N
Tata Letak: Nr Alfian
Percetakan: Tamaprinter Indonesia
Cetakan I, November 2007

Biarawati D o w n l o a d
Balada Gadis Tua D o w n l o a d
Kereta Terakhir Ke Jakarta D o w n l o a d
Gajah Mada D o w n l o a d
Opera Dosa D o w n l o a d
Lelaki Durjana D o w n l o a d
Biarkan Aku Bebas D o w n l o a d
Pendeta Durna D o w n l o a d

Dian Pramana Poetra – Biru



Biru D o w n l o a d
Kita Berdua D o w n l o a d
Jakarta D o w n l o a d
Melayang D o w n l o a d
Beri Setengah Saja D o w n l o a d
Ada Yang Lain D o w n l o a d
Antara Anyer dan Jakarta D o w n l o a d
Paseban Café D o w n l o a d
Keraguan D o w n l o a d
Hanya Kawan D o w n l o a d